Ummat bertanya:
Saya mempunyai permasalahan yang sangat
menggangu pikiran. Apabila saya melakukan hal yang lebih baik dari orang lain,
dalam hati saya selalu berkata bahwa saya lebih baik dari mereka. Tetapi
perkataan itu muncul secara tiba-tiba. Saya juga langsung sadar akan perkataan
tersebut. Yang membuat saya tidak mengerti, perkataan itu selalu hadir dalam
hati saya, walaupun saya sadar perkataan itu tidak baik. Bagaimana
menghilangkan prasangka buruk itu?
Islam menjawab:
Banyak
hal yang kita jumpai dalam hidup ini. Berbagai rupa dan watak orang kita temui.
Sebagai manusia masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kadang berlaku
benar, kadang berlaku salah. Di satu waktu berbuat baik, di waktu lain berbuat
maksiat. Begitulah sifat manusia, kadang salah dan lupa. Dan sebaik-baik orang
yang salah,sabda Rasulullah saw, adalah yang segera bertaubat.
Selain
itu, kebaikkan, keimanan dan ketakwaan yang kita miliki hakikatnya adalah
karunia dan rahmat Allah swt. Hidayah adalah milik-Nya, bukan milik kita. Jika
Dia mengambilnya, tentu kita akan berada dalam kesesatan yang nyata. Keimanan,
amal shalih, dan ketakwaan yang kita lakukan sama sekali tidak dibutuhkan oleh
Allah swt. Semua yang kita miliki adalah pemberian Allah swt. Justru kita
sendiri yang membutuhkan hal tersebut, agar kita mendapatkan karunia
jannah-Nya.
Kita
hanya berasal dari tanah. Lahir dari pertemuan dua air yang hina, sperma dan
ovum. Setelah itu kita diberi nyawa dan tubuh yang bagus dan rupawan. Kita juga
diberikan rezeki harta dan kesehatan. Semuanya bukan milik kita. Semuanya bukan
milik kita. Semuanya adalah pemberian Allah swt.
Setelah
menyadari hal ini, kita tentu malu untuk merasa diri lebih baik dari orang lain
dalam segi kebaikan dan ketakwaan. Boleh jadi kita baik hari ini, namun siapa
yang tahu jika kita melakukan kemaksiatan esok hari, wal ‘iyadzul billah.
Suatu
ketika,Rasulullah saw bersabda, “Orang yang
menjaharkan al-Qur’an seperti orang yang menampakkan sedekah. Orang yang
membaca al-Qur’an dengan suara rendah, seperti orang yang bersedekah dengan
diam-diam.” (HR Tirmidzi No. 2834.
Hadits ini kedudukannya Hasan Gharib). Abu Isa at-Tirmidzi menyatakan,
makna hadits ini adalah bahwa orang yang membaca al-Qur’an dengan diam-diam
lebih utama daripada membaca al-Qur’an dengan keras, sebab sedekah secara
diam-diam lebih utama menurut ulama daripada terang-terangan. Mereka menyebut
hikmah dibaliknya, yaitu agar seseorang aman dari rasa takjub (kagum dan bangga
terhadap diri sendiri – pen), karena
orang yang menyembunyikan amalannya tidak dikhawatirkan jatuh dalam rasa
takjub, seperti ketika dilakukan terang-terangan.
Memang,
syetan berusaha kuat menggoda ummat manusia untuk berlaku sombong dan
merendahkan orang lain. Kita tentu ingat, dikeluarkannya iblis dari surga
adalah akibat kesombongannya. Karena itu, hendaknya kita segera berlindung
kepada Allah swt dari godaan syetan, ketika perasaan ini muncul. Membaca
dzikir, ayat kursi, surah al-ikhlas, al-falaq, an-naas, dan lainnyayang
dilakukan dengan sendiri-sendiri dapat membantu kita melepaskan diri dari jeratan
syetan tersebut.
Selain
itu, hal inimembutuhkan azzam (tekad yang kuat) dan pembisaaan diri yang baik
kebisaaan yang buruk bisa musnah jika taubat segera diiringi kebisaaan baik.
Seperti kata pepatah, “bisa karena bisaa”. Kita juga perlu sering-sering
melihat kebaikan dan sisi positif yang dimiliki oleh orang lain, tanpa perlu
memperhatikan kekurangan dan kesalahannya. Jika kita dapat menasehatinya, tentu
hal tersebut lebih baik. Namun jika tidak, minimal kita tidak terpengaruh oleh
keburukanya. Perlu diingat, setiap orang bisa berubah ke arah yang lebih
positif. Setiap orang menyimpan sisi-sisi positif dalam dirinya. Sisi inilah
yang perlu digali dan ditumbuhkembangkan.
Prasangka
buruk terhadap saudara semuslim adalah perbuatan dosa. Allah swt berfirman: “Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah sebagian dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa.” (QS al-Hujurat: 12)
Rasulullah
saw bersabda,” jauhilah perbuatan sangka, karena sesungguhnya persangkaan
(buruk itu) adalah perkataan yang paling dusta. Dan janganlah kalian
mencari-cari kesalahan dan keburukan orang lain, janganlah kalian saling
berdengki, saling berpaling dan saling marah. Jadilah kalian hamba-hamba Allah
yang bersaudara.” (HR Bukhari, Kitab
Adab, No.5604). Hal ini hendaknya kita camkan baik-baik, betapa buruknya
sifat buruk sangka.
Selain
itu, sifat ini dapat memancing pada kemungkaran lainnya, seperti ghibah,
mencari kesalahan orang lain, fitnah dan lainnya. Boleh jadi hal ini berujung
permusuhan dan peperangan antar individu atau kelompok.
Buruk
sangka juga bisa merusuk mental dan kejiwaan kita. Syetan terus menghembuskan
perasaan was-was dan curiga terhadap orang lain. Jangankan mendapat untung,
kita sendiri yang mendapat akibatnya. Semoga Allah memberikan hidayah dan
menjauhkan kita dari sifat tercela ini. Amin. Wallahu a’lam.
Tags:
ummat bertanya, islam menjawab, diri lebih baik, merasa lebih baik, diri lebih baik, prasangka
No comments:
Post a Comment